Kemarin
malam, pukul 11.30, saya datang ke sebuah rumah sakit di bilangan Jakarta
Selatan, dengan tujuan untuk donor darah. Saya langsung menuju Unit Gawat
Darurat (UGD) untuk bertemu dengan keluarga pasien. Seperti kebanyakan UGD pasti pihak rumah sakit menyediakan semcam
ruang tunggu bagi keluarga di luar UGD
tersebut. Selagi menunggu untuk donor saya menunggu di ruang tunggu
tersebut dengan beberapa keluarga pasien yang memang juga sedang menunggu
pasien yang sedang ditanganin. Perbincangan demi perbincangan berlangsung. Saya
duduk diam menyimak.
Seorang pria
muda, sebutlah dia Mas Ganteng, dengan tampang kuyu dan kecapean datang ke
ruang tunggu UGD tersebut. Dia menyandarkan punggungnya ke dinding dan merosot
langsung ke lantai. Terduduk sambil meremas rambutnya.
“Harus
pindah rumah sakit soalnya disini ga ada alat pernafasan yang akan digunakan
untuk operasi” katanya tanpa ada yang bertanya.
“Tenang
dulu, Mas. Ada saran dan referensi ga dari sini?” tanya satu-satunya perempuan
di ruangan itu, sebutlah dia Mba Ayu.