Jumat, 26 Juni 2015

Peluk Aku Sekarang

Alexa : Untuk semua alasan dapat bertahan hidup di dunia yang pahit ini, kita sering membuat kesenangan – kesenangan instan dan palsu. Sebegitu egoisnya orang – orang di dunia ini sehingga kegembiraan pun harus dibuat instan.

Geraldine: Hmmmm

Alexa : Dengerin dulu. Contohnya kemarin malam, sehabis ngantor kamu nelpon aku kan? Aku lagi stress nih sayang, makan La Mian yuk. Waktu aku nanya, bukannya kamu lagi diet? Trus kamu jawab, ga apa – apalah. Toh aku pengen senang – senang setelah exit meeting seharian yang bikin pusing. Nah, di titik ini, kamu sudah menginstankan kebahagiaan. Kamu berharap hanya dengan semangkuk mie hangat dengan kaldu babi akan dapat menghilangkan keruwetan pikiran kamu.

Geraldine: I feel happy for that a bowl of happiness anyway.

Alexa: Is it stay longer? Or just until you pay the bill?  Even when you ate the what-so-your-happiness-bowl, you still talk about your what-so-your-terrible-exit-meeting kan?

Geraldine : Iya sih. Tapi setidaknya aku bisa membahagiakan diriku at least sampai that my-oh-so-delicious-bowl-happiness habis.

Alexa : Nah! Ini dia. Kamu mendewakan lamian kamu untuk short time happiness.  Instan kan? Besok – besok kalau kamu mau bahagia, kamu mau nyari apa?


Geraldine : Aku nyari kebahagiaan dalam pelukanmu ajalah.

Entah Sampai Kapan?

Bumi sudah begitu lama merindu hujan

Tetapi dia punya harga diri yang harus ditegakkan

---
Hujan seperti meledak rasanya, rasa rindu sudah mengguncang

Tetapi hujan terlalu sombong untuk datang.

---

"Dia yang butuh aku, kenapa harus bermurah hati?"

---

"Sebegitu lemahnya aku, sampai harus menghampiri?"

---

Entah sampai kapan. 

---