Minggu, 01 November 2015

.

Traveling is not about distance. Traveling is about how far you learn yourself.

Buat saya itulah yang membuat saya rela pergi meninggalkan kuburan ari - ari saya. Mengenal diri saya lebih jauh.

Sewaktu kuliah, saya sangat iri terhadap teman yang pergi ke luar negeri. Saat itu saya hanya bertekad, suatu waktu saya punya uang, saya akan menapaki setiap centimeter bumi ini.

Setelah bekerja dan punya uang sendiri, ya, saya melakukan perjalanan - perjalanan mengunjungi tempat yang sekiranya saya suka. Apa yang saya dapat? Hanya kompetitif yang berlebihan. Ingin foto disini dan disitu, ingin posting ini dan itu di media sosial, ingin dicomment di media sosial "wah bagus banget no, ini dimana?"atau semacam "duh enak banget sih no, kerjanya jalan mulu". Ingin dikenal sebagai TRAVELER. Saya pernah melakukannya.

Apa yang saya dapat? Ya bahagia, ya pengakuan dari orang - orang. Tapi bertahan lama? Enggak. Ya habis masa fotonya ya habislah sudah periode kebahagiaannya. Kemudian mencari lagi, kemudian mencari perhatian lagi, kemudian habis, kemudian mencari lagi, terus hingga usang.

Sementara ada begitu banyak pembicaraan dengan orang - orang yang saya temui diperjalanan, yang tidak terekam dalam di memory card, tertanam begitu saja di otak. Ada begitu banyak senyuman orang yang ramah menjawab pertanyaan arah berlalu begitu saja. Ada begitu banyak ekspresi pedagang makanan yang berbeda bahasa berusaha menjelaskan makanan pada saya, yang dipilih untuk dilupakan. Ada ekspresi temen seperjalanan yang mungkin terlewat begitu saja.

Saya belajar mengenal diri saya sendiri yang tidak terlalu menghargai hal kecil di hadapan saya. Saya masih belajar menghargai. Menghargai lingkungan, orang - orang, alam, bahkan menghargai diri sendiri. Saya belum mengetahui banyak hal, setidaknya untuk saat ini, inilah yang saya pelajari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar