NelsonDia merantau ke kota ini 13 tahun yang lalu. Harapannya sangat besar untuk menaikkan taraf kehidupannya. Dia berjuang mulai dari hal yang paling kecil. Dia memungut rupiah yang tidak diinginkan orang. "Tak apa. Toh aku melakukannya dengan jalan yang benar" katanya sambil memandangi langit - langit kamarnya.
Dia lulus dari sekolah keguruan. Kecintaannya pada anak kecil membawanya ke dunia Sekolah Dasar. Tetapi jauh di lubuk hatinya, bermain dan belajar bersama anak di Taman Kanak-Kanak adalah kebahagiaanya. "Tapi seumur hidupku, ga pernah ada guru TK yang cowok" kataku.
Dia masih nanar memandangi langit kamar indekosnya. "Ya begitulah budaya kita. Orang masih memandang bahwa semua pria dewasa adalah paedofil". Dia tidak bisa menyalahkan nilai masyarakat yang berkembang. Dia tidak mau mengambil peran yang lebih besar untuk kebahagiaannya menjadi guru TK.
Dia melanglang buana dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dari satu kota ke kota lain, dari satu negara ke negara lain. "Trus apa yang kau cari?" tanyaku.
"Sekarang? Ga tau, jalani aja dulu"
---
Mawar
Aku tak mengenalmu, bahkan kita tidak pernah berkenalan langsung. Di tengah teriknya matahari pulau ini, aku melewati tempat dirimu menghembuskan nafas terakhir. Di atas aspal hitam dan mungkin panas. Aku tau Tuhan punya caraNya sendiri menjemput ciptaanNya. Aku tidak tau apa rencana Tuhan untuk kita semua. Aku tidak tau Tuhan mau mengajarkan aku, abang ojek atau abang yang tubuhnya bercat silver tentang momenmu hari ini.
Aku tidak tau pernah berpapasan denganmu di masa lalu atau tidak. Tapi semoga keluargamu ikhlas. Semoga damai surga menyambutmu, itupun jika kau percaya surga. Atau damai menyambutmu di kehidupan berikutnya.
Selamat Jalan, Mawar.
---
Manusia dipercaya mahluk pintar
Kita menciptakan banyak teknologi
Membaca gempa
Membaca gunung meletus
Bahkan membaca kepintaran orang lain
Tau yang baik dan yang buruk
Tapi kenapa kita sering celaka?
Bahkan lebih banyak mencelakai diri sendiri.