Ada pertanyaan unik hari ini yang saya dapat dari seorang bapak : “Kenapa kamu bisa tahan 3 tahun lebih di akuntansi, sementara kamu ga suka akuntansi”
Dan saya berusaha bercerita tentang pengalaman saya.
Dulu waktu SMA masuk jurusan akuntasi adalah sebuah pencapaian luar biasa menurut saya. Please deh, anak IPA masuk akuntansi, heiho saya keren. Saya bisa menaklukkan 2 hari tes untuk bisa masuk akuntansi.Walaupun dulu bukan minat asli saya,
tapi rasanya dulu masuk akuntansi adalah sebuah kebanggan tertinggi bagi saya dan untuk ditunjukkan kepada orang-orang. Keren aja masuk akuntansi. Itu dulu waktu SMA.
Waktu kuliah, mulai deh uring-uringannya. Masuk di kelas akuntansi bukanlah sebuah pilihan yang enak. Kalo dikelas yah, saya itu masuk dalam GANK SALAH JURUSAN. Dulunya saya berpikir bahwa saya adalah satu-satunya manusia yang salah jurusan di kelas itu. Secara di kelas saya dulu banyak manusia-manusia pintar akuntansi. Anak-anak yang secara gampang mengucapkan apa itu perbedaan antara biaya dan beban. Lha saya? Biaya bertambah aja kadang masih bingung dimasukin di jurnal sebelah mana kredit atau debit. Hahahaha. Belum lagi kalo ditanya metode depresiasi apakah yang cocok untuk situasi diatas? Aduhhhhhhhh, baju yang cocok yang saya pakai hari ini aja saya ga tau. Hahaha. Tapi yg menyenangkan saya menemukan beberapa orang yang beruntung masuk akuntansi tapi berminat di bidang lain, dan mereka jadi sahabat saya. Walaupun yang lain juga sahabat saya. Tapi yang salah jurusan itu secara tidak sengaja membentuk koloni GANK SALAH JURUSAN. Banyaklah ada yang dulu cita-citanya jadi chef ehhh masuk akuntansi. Ada yang cita-citanya di fashion editor eh masuk akuntansi. Ada yang bercita-cita jadi pengusaha eh masuk akuntansi (yah ini masih nyenggol2 dikitlah). Ada malah teman saya cita-citanya ahli sejarah yang meneliti fosil-fosil eh masuk akuntansi. Untung ga ada yang bercita-cita jadi pilot ehhh masuk akuntansi. Hahaha. Keadaaan salah jurusan membuat kita merasa senasib sepenanggungan. Duduk dibelakang, baca buku yang merupakan BUKU MINAT kita, dll. Itu bukan karena kita bandel atau melawan dosen lebih tepatnya karena kita ga ngerti di depan ngomongin apa. Hahaha. Maaf nih kalo ada dosen yang ngebaca. Ampuni saya Bapak/Ibu dosen. Tapi yah selama 3 tahun 6 bulan perkuliahan dulu saya hanya ketahuan sekali membaca majalah dan majalahnya ditahan dosen saya. Itupun di semester akhir. Mahasiswa tua yang memalukan. Hahahaha. Sepertinya alam tau kalo kami salah jurusan. (tolong kalimat ini diabaikan saja, mengarah ke lebay).
Tapi saya tidak merasa menyesal kuliah di akuntansi. 3 tahun lebih 6 bulan tidak membuat saya nihil. Saya dapat banyak hal. Dan 3 tahun 6 bulan adalah sebuah anugerah dari Tuhan bahwa saya bisa belajar akuntansi yang merupakan bidang yang saya tidak terlalu suka. Sebuah karunia karena saya ga mati tiba-tiba waktu dosen nyuruh ngerjain soal amortisasi saham ke depan kelas. Dan saya ga masuk rumah sakit ketika dosen menyuruh membuat analisis biaya activity based costing report. Saya sehat sampai saat ini. Its a gifted. At least saya dapat sebuah wisdom dari belajar akuntansi selama 3 tahun 6 bulan. Life must be balance. Ya kayak debit dan kredit, harus balance. Ketika kita diberikan uang Rp. 1000, ingatlah kita pasti akan mengeluarkan uang itu. Entahlah untuk apa.
Jika kamu yakin dengan apa yang kamu punya saat ini, belajarlah mencintai apa yang ada padamu saat ini. Karena suatu saat apa yang ada padamu akan berbalik mencintaimu. Saya berusaha 3 tahun 6 bulan mencintai akuntansi, dan lihatlah dia mencintai saya kembali. Akuntansi tidak membunuh saya.
Dan mempelajari sesuatu itu tidak akan sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar