Kalau pakai jalan darat mungkin sekitar 6 jam, tergantung tempat yang akan anda tuju. Begitu banyak tempat yg dituju disekitaran pinggiran Danau Toba. Kalau perjalanan kami waktu itu menuju Pintu Batu, sebuah desa kecil di pinggir Danau Toba.
Perjalanan mulai lumayan seru ketika turun dari Tele, disaat harus menjelajahi jalanan menurun yang sangat berputar-putar di punggung bukit yang mengelilingi Danau Toba. Jalanan berputar ini sangat curam sekali dan sempit sekali. Hanya muat untuk 2 jalur mobil yang berpapasan dan lebih mengerikan lagi sangat jarang tiang dipinggir jalan. Diperlukan skill menyetir yang sangat baik. Dan dijalanan yang meliuk-liuk ini tidak jarang ditemui jalanan yang masih rusan dan sedang diperbaiki, belum lagi jalanan yang berpasir dan berbatu kecil, yang menuntut si supir untuk lebih teliti dan menyetir dengan baik. Tapi jalanan yang lumayan tergolong buruk ini sedikit terbayar dengan pemandangan Danau Toba nun jauh dibawah sana, ditambah lagi dengan uniknya tanaman dan bunga-bunga anggrek di pinggir jalan dibekas kerukan bukit tersebut. Jangan ragu untuk sedikit menepi untuk mendapatkan foto Danau Toba dari kejauhan atau anda juga bisa menikmati perkampungan masyarakat di bawah lembah bukit tersebut. Jalanan disini cukup sepi, jadi tidak apa untuk mengambil momen sebentar, tapi hati-hati dan pastikan kaki anda untuk menapak dengan benar karena dibawahnya langsung lembah. Jika lengah sedikit bisa terpelosok langsung ke dasar lembah.

Jalanan meliuk di seputaran bukit Danau Toba
Perhentian pertama adalah di PANATAPAN. Panatapan itu kalo diterjemahin ke Indonesianya kurang lebih “tempat menatap”. Tempat menatap ini masih satu wilayah dengan Tele, disini sangat dingin, tapi bisa memandang dengan sangat baik ke Danau Toba dan seluruh buki-bukit yang mengitarinya. Untuk masuk ke dalam tempat ini harus membayar retribusi satu orang Rp. 2000.

Pemandangan Danau Toba dari Panatapan
Perjalanan terus dilanjutkan. Perhentian selanjutnya adalah Pusuk Buhit. Perjalanan menuju tempat ini lebih menantang karena di jalan ini sangat sempit (lebih sempit dari jalan utama tadi) dan kita akan berbelok dari jalan utama menuju Pusuk Buhit. Selain sempit, tantangannya ditambah lagi jalanan yang berpatu dan berpasir. Jalanan menuju Pusuk Buhit juga sangat menanjak, pastikan pengendara mobil anda adalah seorang yang handal dan pastikan juga mobil anda memiliki performa yang baik. Anda akan berkelok-kelok melewati beberapa perkampungan kecil yang menyajikan kehidupan Batak asli, bahkan dengan rumah adat yang masih tradisional. Anda akan sejenak lupa dengan image beberapa orang Batak yang terkenal seperti Joy Tobing, Choki Sitohang, Ruhut Sitompul dan lain lain, jika dibandingkan dengan kehidupan batak asli.
Nah sebelum sampe di Pusuk Buhit, nanti anda akan melewati AEK SI PITU DAI atau diterjemahkan AIR TUJUH RASA. Tapi tidaklah menarik disini, karena situs ini tidak dirawat dengan baik. Bayangkan saja, situs ini dipake sebagai tempat pemandian umum. Dan pada waktu berhenti disini saya hanya bisa merasakan rasa asam (yang tidak terlalu asam), tidak bisa menyicipi yang lain karena berada di bilik wanita (pemandian umum). Jadi tidak terlalu menarik untuk dikunjungi, saya hanya menyertakan ini ditulisan ini, mana tau dibaca sama pemerintah disana. Yah mana tau aja, bisa bahan pertimbangan untuk perbaikan.

Lihat saja, tanda nama saja tidak terurus dan tidak kelihatan dari jalan.
Ini dia perhentian berikutnya itu, Pusuk Buhit. Pusuk Buhit adalah sebuah situs kebudayaan Batak. Sebuah bukit dari deretan bukit-bukit lainnya di sekitar Danau Toba. Kompleks ini menyatu dengan sebuah situs Batu Hobon. Sebuah batu yang dulunya digunakan orang Batak sebagai batu penyimpanan. Tapi sayangnya kami tidak singgah disana demi mengejar Pusuk Buhit diatas sana.
Setelah anda sampai di pelataran Batu Hobon, saya menyarankan untuk menuju ke tempat tugu sebaiknya dilakukan dengan jalan kaki. Hal ini saya sarankan, selain untuk tujuan olahraga tapi juga agar kita bisa menikmati lembah Limbong dan Sagala yang sangat mempesona dihati itu, dan juga sejukny udara disana. Saya menempuhnya waktu itu dengan jalan kaki, dan tidak terlalu capek kok. Nikmati setiap bunga-bunga gunung yang berwarna cantik dan nikmati setiap udara segar yang menyapa. Sangat segar. Jarang didapatkan dikota besar dan disana tidak terlalu dingin tapi segar.

Jalan yang harus ditempuh dari Komplek Batu Hobon menuju Puncak Pusuk Buhit.

Bunga indah penghias jalan mendaki yang menyenangkan hati.
Pusuk Buhit ini memang sangat dekat dengan kehidupan orang Batak. Ada beberapa legenda yang sangat akrab dengan bukit ini. Konon katanya leluhur orang Batak yang turun dari khayangan, turun diatas bukit ini. Dan untuk mengenang hal tersebut dibangunlah seperti sebuah tugu peringatan diatas bukit ini. Beberapa patung yang menggambarkan siapa leluhur orang Batak. Ada banyak mitos di bukit ini dan tugu ini. Jadi jangan heran jika menemukan daun sirih, telur ayam kampung, jeruk purut dan benda-benda lainnya, yang biasanya dipakai untuk media magis yang dipercayai pengunjung. Oh ya, ingatlah untuk melepas alas kaki anda jika ingin masuk ke tugu ini karena itu adalah peraturannya. Dan seiring dengan mitos ini begitu banyak tujuan orang datang kesini. Jujur saja, memang ini adalah pertama kali kami sekeluarga komplit kesini. Melihat (yang katanya) bentukan nenek moyang kami. Sedikit catatan untuk anda yang mungkin tidak suka dengan aliran-aliran seperti ini, hormatilah saja mereka yang juga menghormati kita yang telah memilih untuk tidak percaya. Dan lihatlah sebuah situs ini sebagai kekayaan kebudayaan kita. Di tugu ini dijelaskan dan digambarkan dengan patung siapa saja yang menjadi nenek moyang orang batak, yg konon merupakan anak dari dewa titisan dari khayangan. Dan disinilah dulu dipercaya perkampungan pertama nenek moyang orang Batak sebelum turun mendiami lembah-lembah di dasar bukit.

Patung yang merupakan penggambaran nenek moyang orang Batak

Tugu yang berada diatas bukit, berfoto barengan keponakan saya, Gaby.
Tapi selain tugu ada juga pemandangan yang sangat menakjubkan dan sayang dilewatkan, seperti perkampungan yang berada di lembah-lembah yang sangat indah, sebut saja Sagala atau pun Limbong yang berada di lembah bukit ini, dan juga bukit-bukit lain yang menemani bukit ini. Pemandangan ini, menurut saya, sangat sayang untuk dilewatkan. Lihat saja perkampungan yang sebagian masih ada rumah tradisional batak dan ladang-ladang serta sawah-sawah masyarakat dibawah sana.



Perkampungan Limbong dan Sagala yang menyegarkan mata dari Pusuk Buhit
Setelah dari sini kami meneruskan perjalanan menuju Desa Pintu Batu. Desa yang sangat sunyi dan sepi dan nyaman. Dimana dibelakang rumah saudara saya langsung bertemu dengan Danau Toba. Dimana saya bisa bertemu dengan dengan ribuan pohon ini. Ahhh, biarkanlah saya istirahat dulu sebelum kita bertemu di perjalanan berikutnya.
Masih banyak tempat wisata di sekeliling Danau Toba, apa yang saya ceritakan hanya sekelumit kecil. Ada Tomok, Parapat, dll. Datang ke Danau Toba dan temukan keeksotisan Danau Toba yang mengelilingi Pulau Samosir ini. Nikmati setiap detik perjalanan anda di sekitar Danau Toba, dengan semua keperawanan tempat ini. Sebuah danau yang masih jarang dijelajah. Just come and see the undiscover lake.

The Undiscover Lake
Tidak ada komentar:
Posting Komentar